Tari Mappaduppa # Say Hai...
Assalamu alaikum Wr. Wb
Mengapa harus tari Mappaduppa (penyambutan)? tadinya sih mau diawali dengan sebuah video tari tersebut, sebuah tarian untuk menyambut para tamu tapi sayang sekali saya tidak punya filenya hehehe. Tadinya sih mau dinamai sekapur sirih tapi kesannya kok ketuaan atau prakata dan apalah namanya, tapi lagi-lagi atmosfirnya jadi terlalu serius padahal blog ini akan saya isi dengan gaya yang santai dalam menyampaikan hal-hal yang serius, biar mengalir kayak air.
Blog ini saya awali dengan memberikan pembagian label bagi setiap tulisan di dalamnya tujuannya adalah agar seluruh tulisan terkoordinasi *aduh bahasanya susah* dengan baik. Dalam artian yang lebih mudah supaya tulisan saya nantinya membuat pembaca nyaman dan mudah mengerti apa sih temanya.
Menulis itu tidak mudah tapi juga tidak susah-susah amat, hanya saja ide yang kadang madek ditambah lagi faktor K (kalau di Tv ada X Factor, di dunia tulis menulis ada K faktor) apa itu? itu adalah Kemalasan dan Kemauan hahahaaa. Apalagi kalau sudah terhalang oleh berbagai alasan contohnya nih, saat saya menulis ini para nyamuk-nyamuk asik juga bermain di bawah meja menyerbu kaki, ampun.Sehubungan dengan latar belakang hasil studi saya tahun-tahun belakangan ini *nengok kebelakang, akh ngga ada apa Ni* mengingat, menimbang, menakar dan seterusnya maka setiap label pada blog ini akan dibangun bernuansa tradisional, biar semua orang yang baca jadi tau *yang dah tau jadi makin tau dan tidak lupa* akan kekayaan bangsa kita ini yaitu "traditional and culture" (ceile sok English gitu biar keren sedikit).
Kurang lebih setahun belakangan ini saya mempelajari tentang budaya dan arsitektur tradisional suku Makassar, lebih spesifiknya lagi di desa Cikoang, Kecamatan Mangarabombang salah satu wilayah administratif Kabupaten Takalar di Sulawesi Selatan. Untuk pembahasan lengkapnya akan saya coba bahasan pada tulisan selanjutnya, tunggu yah.
Rumah tradisional suku Makassar merupakan sebuah rumah panggung yang terbangun dari sistem kosmologi yang terjadi secara turun temurun. Rumah panggung di sebut juga Balla (Makassar) dan Bola (Bugis), untuk informasi saya akan mengaitkan dengan suku Bugis, kenapa? karena darah Bugis mengalir dalam tubuh saya.
Sistem kosmo terbagi atas 2 yaitu: stuktur kosmo dan bentuk kosmo, pembagian inilah yang akan ditpakai pada blog ini karena blog ini merupakan rumah ke-2 bagi saya, dimana segala ide, unek-unek, senyum, tangis dan hikmah bisa dibagi tanpa harus menjadi pribadi yang berbeda.
Struktur kosmo berasal dari kepercayaan masyarakat tradisional bahwa dunia terbagi atas 3 (dunia atas, dunia tengah dan dunia bawah) sejalan dengan pandangan bahwa rumah ibarat tubuh manusia dimana ada kepala, badan dan kaki. Pada rumah Makassar dibagi: Pamakkang (kepala), Kale Balla (badan rumah) dan Siring (kaki) inilah yang disebut sebagai struktur kosmo.
Gambar1. Struktur kosmo (2011)
Mengapa harus tari Mappaduppa (penyambutan)? tadinya sih mau diawali dengan sebuah video tari tersebut, sebuah tarian untuk menyambut para tamu tapi sayang sekali saya tidak punya filenya hehehe. Tadinya sih mau dinamai sekapur sirih tapi kesannya kok ketuaan atau prakata dan apalah namanya, tapi lagi-lagi atmosfirnya jadi terlalu serius padahal blog ini akan saya isi dengan gaya yang santai dalam menyampaikan hal-hal yang serius, biar mengalir kayak air.
Blog ini saya awali dengan memberikan pembagian label bagi setiap tulisan di dalamnya tujuannya adalah agar seluruh tulisan terkoordinasi *aduh bahasanya susah* dengan baik. Dalam artian yang lebih mudah supaya tulisan saya nantinya membuat pembaca nyaman dan mudah mengerti apa sih temanya.
Menulis itu tidak mudah tapi juga tidak susah-susah amat, hanya saja ide yang kadang madek ditambah lagi faktor K (kalau di Tv ada X Factor, di dunia tulis menulis ada K faktor) apa itu? itu adalah Kemalasan dan Kemauan hahahaaa. Apalagi kalau sudah terhalang oleh berbagai alasan contohnya nih, saat saya menulis ini para nyamuk-nyamuk asik juga bermain di bawah meja menyerbu kaki, ampun.Sehubungan dengan latar belakang hasil studi saya tahun-tahun belakangan ini *nengok kebelakang, akh ngga ada apa Ni* mengingat, menimbang, menakar dan seterusnya maka setiap label pada blog ini akan dibangun bernuansa tradisional, biar semua orang yang baca jadi tau *yang dah tau jadi makin tau dan tidak lupa* akan kekayaan bangsa kita ini yaitu "traditional and culture" (ceile sok English gitu biar keren sedikit).
Kurang lebih setahun belakangan ini saya mempelajari tentang budaya dan arsitektur tradisional suku Makassar, lebih spesifiknya lagi di desa Cikoang, Kecamatan Mangarabombang salah satu wilayah administratif Kabupaten Takalar di Sulawesi Selatan. Untuk pembahasan lengkapnya akan saya coba bahasan pada tulisan selanjutnya, tunggu yah.
Rumah tradisional suku Makassar merupakan sebuah rumah panggung yang terbangun dari sistem kosmologi yang terjadi secara turun temurun. Rumah panggung di sebut juga Balla (Makassar) dan Bola (Bugis), untuk informasi saya akan mengaitkan dengan suku Bugis, kenapa? karena darah Bugis mengalir dalam tubuh saya.
Sistem kosmo terbagi atas 2 yaitu: stuktur kosmo dan bentuk kosmo, pembagian inilah yang akan ditpakai pada blog ini karena blog ini merupakan rumah ke-2 bagi saya, dimana segala ide, unek-unek, senyum, tangis dan hikmah bisa dibagi tanpa harus menjadi pribadi yang berbeda.
Struktur kosmo berasal dari kepercayaan masyarakat tradisional bahwa dunia terbagi atas 3 (dunia atas, dunia tengah dan dunia bawah) sejalan dengan pandangan bahwa rumah ibarat tubuh manusia dimana ada kepala, badan dan kaki. Pada rumah Makassar dibagi: Pamakkang (kepala), Kale Balla (badan rumah) dan Siring (kaki) inilah yang disebut sebagai struktur kosmo.
Gambar1. Struktur kosmo (2011)
Sistem kosmologi selanjutnya yaitu bentuk kosmo dimana mereka berpegang pada kepercayaan bahwa dunia (kehidupan) terbentuk dari 4 unsur yaitu: tanah, air, udara dan api. Hal ini hampir mirip dengan kepercayaan China dalam Fengshui dimana dikenal beberapa unsur: tanah, udara, api, air, kayu, logam, emas, dsb. masyarakat suku Makassar pun mewujudkan dalam kepercayaan Sulapa Appa' dimana bentuk persegi merupakan bentuk yang dianggap stabil dan sempurna, hal itulah yang diwujudkan dalam bentuk denah rumah mereka yang memilik beberapa pembagian: Paddaserang ridallekang (petak depan), Paddaserang ritangnga (petak tengah) dan Paddaserang ribokoang (petak belakang). Di zaman moderen ini petak rumah tidak hanya terbagi atas 3 tetapi seiring dengan bertambahnya kebutuhan ruang akibat tuntutan aktivitas dan jumlah penghuni rumah maka petak rumah semakin bertambah baik di depan (Tala-tala/paladang) dan belakang (jongke).
Gambar 2. Bentuk Kosmo (2011)
Gambar 3. Pola ruang rumah tradisional Makassar (2011)
Lalu apa hubungannya dengan label pada blog ini? pertanyaan yang bagus *super sekali*
Setiap pembagian rumah baik dari segi struktur maupun bentuk kosmo akan menjadi label blog ini dan akan dijelaskan lebih rinci pada setiap label apa fungsi pembagian tersebut dengan isi dari setiap label.
Terima kasih telah menyempatkan diri membaca sekapur sirih ini (aduh bahasanya ketua-an)
semoga ada sedikit info yang anda dapatkan :)
Tabe' (permisi) jika ada kesalahan baik dalam penulisan dan diksi pada blog ini tolong koreksinya
"Tidak akan ada hal yang akan menjadi sia-sia selagi dikerjakan dengan niat dan ketulusan"