PETUALANG DI WAHANA SURFING
Assalamualaikum warahmatullah
Alhamdulillah setelah menyelesaikan game di wahana istana pasir dan mendapatkan 1 stamp.
Beberapa drama menghadapi materi wahana surfing inipun terlewati diantaranya persiapan wfo untuk menguji mahasiswa, deadline revisi RAB penelitian nasional ristekdikti dan baby yang sedang mengalami "lonjakan usia" lagi, serta beberapa urusan lain. Hingga menonton penjelasan tentang berkomunitas dan COC di IP pun tidak semuanya bisa disimak langsung. Akhirnya menimbulkan kebingungan dan harus memberikan ruang khusus untuk menelaah kembali COC IP beberapa hari.
Game kali ini pun membuat saya sedikit bingung dan beberapa kali membuat "rusuh" grup praBunsay Samkabar dengan pertanyaan ini maksudnya "penerapan internal atau eksternal IP? ".
Alhamdulillah setelah memahami, kemudian memulai memutar kembali pengalaman apa yang berhubungan dengan COC selama tercebur bahagia di IIP. Dan... ketemulah 1 poin yang sering terjadi baik oleh diri sendiri maupun hasil mengamati teman-teman di grup.
Poin penting itu adalah KEMULIAAN DIRI dengan tidak menjadi SILENT READER saja. Tanpa komentar atau sekedar like ataupun memberi icon apresiasi.
Teringat dulu di matrikulasi sempat sangat aktif karena ditugaskan sebagai ketua kelas yang harus selalu mengingatkan teman-teman akan tugas dan memberi motivasi serta berbicara hati ke hati jika ada yang terkendala menyelesaikan, saking kompaknya dulu kami bisa membuat 1 buku kenangan khusus kelas matrikulasi kami.
Begitu penjurusan dan muncul beberapa komponen saat itulah saya mulai masuk zona semi silent reader. Hanya muncul sesaat lalu hilang lagi. Mau ikut playdate pun minder karena pikiran belum punya anak padahal hal itu keliru, bisa saja ikut untuk berbagi ilmu tentang craft membuat mainan anak sesuai hobi saya.
Saya menyadari bahwa kurang berselancar kala itu memahami potensi diri dan mencoba melihat keindahan ombak disekitar (baca : ilmu dan silaturrahmi yang sudah Allah hamparkan di IP).
Saya sibuk sendiri dengan prinsip yah asal tau aja kondisi dan tidak menyinggung anggota lain di grup. Padahal pendapat saya itu keliru sekali, bukankan tujuan masuk di lautan IP ini untuk menyelami sebanyak-banyak mungkin ilmu dan belajar dari yang sudah berpengalaman dan ahli. Di Samkabar sendiri Allah letakkan banyak perempuan dan para ibu hebat dengan ilmu yang tak ada habisnya dari segala jenis bidang.
Di Juni 2020 Ketua HIMA IP regional Samkabar melayangkan pinangan untuk membersamai tim kreatif HIMA. Lagi-lagi saya meragu dan tidak pede merasa tak punya ilmu dan mengigat kelemahan tentang management waktu.
Belum lagi mantap hati menerima pinangan itu, lalu emak HIMA kembali menyodorkan pinangan lebih tinggi yaitu menjadi Maneger Media Komunikasi HIMA. Maasyaa Allah, bahkan bermimpi pun saya tak berani untuk masuk jajaran pengurus karena minder dengan mereka yang dimata saya sangat luar biasa. Setelah melalui banyak diskusi bersama beliau pinanganpun saya sambut.
Maka bismillah mulai training 1 bulan bersama man.medkom sebelumnya. Hingga bisa membuat 1 jurnal warta baik Samakabar. Mulai dari masuk dapur hima ini saya menyadari dan belajar bahwa pentingnya mengapresiasi orang-orang dalam grup baik pada saat mereka bertanya dan apalagi saat berbagi pengalaman dan ilmu (Sharing Session, SOTD dan lain-lain). Saya jadi tau betapa hebatnya "orang dapur" (pengurus) dalam menyusun kegiatan dan meramaikan ditengah kerepotan mereka dengan domestik/publik masing-masing.
Langkah-langkah yang insyaa Allah akan mulai saya terapkan untuk keluar dari zona semi silent reader adalah :
Point utama adalah "mendahulukan yang terdahulu". Teringat kisah bu Septi saat anak-anak beliau masih kecil yang intinya beliau memilih kegiatan ataupun ilmu/lingkungan yang berguna buat beliau serta memuliakan anak-anaknya. Hingga tidak semua mau diikuti. Begitupun saat ini saya belajar khususnya memegang gadget dan membuka sosmed yaitu mendahulukan yang terpenting yaitu saat teman-teman sharing, pekerjaan dari kampus dan kabar penting/menyapa orang tua yang beda pula. Saat bayi butuh perhatian gadget segera dilepaskan. Prinsip memanusiakan manusia.
Kemudian beberapa hari lalu saya menamatkan baca buku tentang "adab berilmu" yang saya kisahkan pada suami dan berkomentar kalau ini bahasan yang sulit serta perlu guru atau contoh. Qadarullah setelah itu di wahana surfing kembali ingatkan COC dan diminta mengingat prakteknya. 2 hal yang saling berkaitan Allah kasih untuk mengamalkan hasil bacaan.
Hal lain yang terus akan coba saya tingkatkan adalah berkarya untuk HIMA dan membentuk tim solid dengan cara berbagi sekecil apapun ilmu desain yang telah saya pelajari agar semua tim bisa menghasilkan karya yang lebih hebat lagi.
Catatan adab lain dalam berkontribusi aktif di IP adalah menghindari perdebatan kusir antar sesama anggota. Tidak membalas dengan kata-kata kasar atau menjatuhkan namun lebih kepada saling sharing pengetahuan agar semua tercerahkan dan mendapatkan sudut pandang serupa jika terjadi beda pendapat.
Terakhir namun bukan yang akhir. Menyadari bahwa ilmu itu akan berbekas jika disertai dengan keridhoanNya, salah caranya adalah menghargai sang pemberi ilmu dan saling menjaga kemuliaan.
Sekian catatan saya
Hormat kami
Nur Husniah Thamrin (mbu-nya baby Hafidzah) yang masih kurang ilmu.
Samarinda, 6 Agustus 2020